Laju nilai tukar rupiah di 2011 diprediksikan menguat. Pergeseran ekonomi terbesar dunia dari AS ke China menjadi katalisnya. Fundamental ekonomi RI pun sangat mendukung.
Ekonom Standard Chartered Bank Eric Alexander Sugandi memperkirakan, hingga akhir 2011, nilai tukar rupiah berpeluang menguat ke level 8.500 per dolar AS. Salah satunya, didukung gejala baru di mana dolar AS tidak sekuat dulu. Hal ini dipicu terjadinya pergeseran ekonomi besar dari Barat (AS) ke Timur (China).
Pada 2020 ekonomi terbesar dunia adalah China sementara AS tergeser ke rangking dua. Di posisi ketiga adalah India , disusul Jepang , Brazil , Jerman, Perancis, Rusia dan Inggris. Indonesia menempati posisi 10 besar sehingga rupiah semakin kuat. “Pada 2030, RI masuk 5 besar dunia,” katanya.
Disisi lain, penguatan rupiah juga seiring derasnya arus dana asing (capital inflow). Pasalnya, fundamental ekonomi RI sangat bagus. Eric memperkirakan, inflasi full year 2011 berada di level moderat 6,5%. Angka ini seiring kenaikan harga pangan seperti beras, cabai dan bawang merah. “Kalaupun pembatasan BBM dilaksanakan, inflasi tidak akan jauh dari level itu,” paparnya.
Kuatnya fundamental ekonomi RI, juga bisa dilihat GDP (Gross Domestic Product). Eric memperkirakan, jika 2010 RI bisa tumbuh 6%, pada 2011 bisa mencapai 6,5%.
Penguatan rupiah juga mendapat dukungan dari rate of return investasi RI yang menarik. Lihat saja, selisih BI rate di level 6,5% dengan Fed Fund Rate di angka 0-0,25%. “Begitu juga yield obligasi RI yang lebih tinggi dibandingkan US Treasury,” paparnya.
Sementara inflasi yang diperkiraan BI di level 6,5% terlalu pesimistis sehingga bisa memicu kenaikan BI rate disusul penguatan rupiah. Sebab, GDP RI sudah melampaui akselerasi GDP AS. “Disisi lain, konsumsi domestik RI semakin tumbuh di sektor manufaktur,” urai Albertus.
Banyaknya proyek infrastruktur juga akan meningkatkan inflasi. Karena itu, seiring investment grade, rupiah akan menguji level 8.650 jelang pertengahan 2011. Level ini merupakan terkuat sejak 18 Mei 2007 sebelum krisis moneter dan 12 Mei 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar